-->

Di mana Kamu, De' Na?


Di mana Kamu, De' Na?
(Oleh: W.S. Rendra)

Akhirnya berita itu sampai kepada saya:
Gelombang Tsunami setinggi 23 meter
Melanda rumahmu.
Yang tersisa hanya puing-puing belaka.
Dimana Kamu, De' Na?
Sia-sia teleponku mencarimu.
Bagaimana kamu Aceh?
Di TV kulihat mayat-mayat
Yang bergelimpangan di jalan.
Kota dan desa-desa berantakan.
Alam yang murka
Manusia-manusia yang terdera
Dan sengsara
Di mana Kamu, De' Na?
Ketika tsunami melanda rumahmu
Apakah kamu lagi bersenam pagi
Dan ibumu yang janda lagi membersihkan kamar mandi?

De' Na, kita tak punya pilihan
Untuk hidup dan mati.
Namun untuk yang hidup
Kehilangan dan kematian selalu menimbulkan kesedihan
Kecuali kesedihan selalu ada pertanyaan
Kenapa hal itu mesti terjadi
Dengan akibat yang menimpa kita?
Memang ada kedaulatan manusia, De' Na.
Tetapi lebih dulu
Sudah ada daulat alam.
Dan kini kesedihanku yang dalam
Membentuk daulat alam.
Pertanyaanku tentang nasib ini
Merayap mengitari alam gaib yang sepi.

De' Na! De' Na!
Kini kamu menjadi bagian misteri
Yang gelap dan sunyi
Hidupku terasa rapuh
Oleh duka, amarah, dan rasa lumpuh.
Tanpa kejernihan dalam kehidupan
Bagaimana manusia bisa berdamai dengan kematian?
De' Na, hatiku menjerit pilu.
Di mana kamu? Bagaimana kamu?
Yang tak bisa kutolak dalam bayangan,
Meski matamu terbuka dan terpejam,
Adalah gambaran orang banyak berlarian
Dikejar gelombang 23 meter tingginya
Dan gempa yang menenggelamkan gedung-gedung tinggi,
Membelah jalan raya,
Menjadi jurang menganga.
Ribuan manusia jadi sampah dalam badai.
Kedahsyatan daulat alam, De' Na!
Bukan sekedar kematian!
Inilah yang membuat aku gemetaran!
Tanpa menyadari ini
Apakah arti kebudayaan?
Apakah pula arti puisi?
Hidup dan segala usaha manusia
Barulah berarti dan nyata
Bila ia menyadari batas kuasanya.
De' Na,
Apakah sekarang kamu lagi tersenyum
Membaca sajakku semacam ini?

Radio Female, 29 Desember 2004

Untuk Navigasi Lengkap Silahkan Kunjungi Peta Situs



Baca Juga:

Langganan Via Email

Post a Comment

Copyright © | by: Me