Justifikasi
terhadap Islam
Namun
yang jadi tidak enak didengar dari mulut ke mulut ataupun dari media-media,
teroris itu lebih di condongkan kepada suatu pergerakan Islam atau lebih di
kenal dengan jihadis. Lagi-lagi agama yang dikambing hitamkan atau lebih
tepatnya Islam lah sebagai agama yang di klaim sebagai ajaran yang anarkis di
permukaan bumi. Buktinya saja sangat jarang bahkan tidak ada terdengar suatu
organisasi terlarang yang mengatas namakan agama-agama lainnya selain Islam.
Memang tidak bisa dipungkiri ketika pergerakan-pergerakan teroris yang muncul
di berbagai belahan dunia menobatkan dirinya sebagai jihadis-jihadis Islam.
Timur
tengah merupakan ladang subur tumbuhnya pergerakan-pergerakan tersebut,
contohnya saja Al-Qaedah yang lahir pada tahun 1988 atas bentukan Osama bin
Laden yang katanya menganut idiologi Sunni.
Kemudian Boko Haram yang lagi-lagi muncul di Negara yang jumlah penduduk
muslimnya dikategorikan rendah, yaitu di Nigeria sebagai markas besarnya dan kini
wilayah operasi telah meluas hingga ke Kamerun Utara. Kelompok radikal ini
beridiologikan Ekstremisme Islam
Fundamentalisme Islam Wahabisme Takfir yang akibat operasinya dari tahun
2002-2013 telah menewaskan 10.000 orang, beratus atau bahkan ribuan orang
terutama wanita dan anak-anak di culik tanpa alasan yang jelas. Dan dalam dekade
terakhir ini dunia digemparkan lagi dengan bentukan suatu organisasi teroris
mengatas namakan dirinya sebagai Islamic
State of Iraq and Al-Sham (Suriah) yang disingkat dengan ISIS, yang katanya
sebagi kelompok ekstremis yang mengikuti idiologi garis keras Al-Qaidah yang
lagi-lagi disebut sebagai pergerakan jihadis. Aksi ISIS banyak dikecam oleh
dunia Internasional termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB menyebutkan
lebih dari 2.400 warga Iraq yang mayoritas warga sipil tewas dan tidak kurang
dari 30.000 warga kota kecil di Timur Suriah harus mengungsi karena kehilangan
tempat tinggal. Bahkan pengeboman di Jakarta tepatnya di kawasan Sarinah 14
Januari 2016 silam ISIS lah yang mengklaim bertanggung jawab. Kelompok Santoso
juga sekarang lagi perhatian khusus pemerintah Indonesia. Dari sini kita sudah
sangat paham bahwa organisai radikal bukan hanya terdapat di kawasan Timur Tengah
saja namun telah masuk dan berkembang di Indonesia.
Disini
saya tidak akan membahas lebih detail tentang seluk-beluk organisasi-organisasi
yang dikatakan teroris tersebut. Saya hanya ingin bergumam sedikit mengenai
paradigma masyarakat yang sedang berkembang sekarang ini terhadap nama baiknya
Islam sebagai agama terbesar di dunia. Semenjak kemunculan kelompok-kelompok
radikal tersebut, Islam seakan-akan dikenal sebagai agama yang ekstrim, agama
yang mengutamakan kekerasan dalam setiap masalah, agama yang tidak memiliki
toleransi terhadap tumbuh kembangnya agama-agama lainnya di dunia. Nama Islam
semakin tercoreng ketika nama-nama kelompok radikal tersebut berbahasakan Arab,
berbenderakan Kalimah Syahadah dan lain sebagainya yang sangat menonjolkan ciri
khasnya Islam. Dari situlah persepsi-persepsi negativ terhadap Islam kian
merambah, dunia dan orang-orang mulai waspada terhadap Islam yang katanya akan
mengancam keselamatan mereka-mereka yang non muslim, anak-anak dari mereka
mulai di wanti-wanti sejak dini terhadap Islam.
Pemahaman yang
salah
Sebagai
seorang muslim, saya tidak setuju dengan penobatan Islam sebagai agama yang
anarkis. Penobatan-penobatan tersebut seakan-akan di jatuhkan tanpa mengkaji
dan meneliti terlebih dahulu, atau memandang suatu permasalahan dari satu sisi
atau bahasa kasarnya mengatakan pandangan yang menggunakan kacamata kuda. Tidak
melihat dan mempelajari dengan sesungguhnya apa itu Islam, bagaimana
ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya, apakah Islam mengajarkan kekerasan
atau tidak. Itu semua tidak di hiraukan oleh mereka-mereka yang mendoktrin Islam
itu anarkis. Kemudian hal lain yang harus diperhatikan adalah bagaimana latar
belakang dari organisasi radikal tersebut terbentuk, apakah murni karena
dorongan Islam untuk berjihat atau karena materil yang di gadang-gadang
berjumlah besar, atau bahkan bentukan tersebut di dalangi oleh pihak-pihak yang
menginginkan kehancuran Islam dengan cara mendistorsikan bahwa kekerasan yang dipraktekkan
itu adalah ajaran Islam yang hakiki.
Hal
utama yang harus di kuak adalah pendistorsian (pemutar balikkan suatu fakta)
mengenai bentukan kelompok-kelompok jihadis ini. Terlalu tidak masuk akal
ketika aksi-aksi teror yang dilakukan diluar kemanusian, pembunuhan,
pembantaian dan lain sebagainya. Padahal Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan
termasuk juga kekerasan kepada yang non muslim. Dan satu hal lagi yang paling
bersebrangan dengan ajaran Islam mengenai aksi bom bunuh diri yang di lancarkan
oleh kelompok-kelompok tersebut. Islam memang mengajarkan untuk membela diri
dari ancaman-ancaman yang mengancam keselamatan jiwa, agama, harta, keturunan
dan akal yang kelima hal tersebut dikenal dengan sebutan Makasis Syari’ah.
Namun mengenai bom bunuh diri yang dilakukan tersebut sungguh di luar pemahaman
dari apa yang di ajarkan Islam sebenarnya, selain tidak tau siapa yang harus
dilawan dan di balik itu orang-orang yang tidak bersalah juga harus kena
imbasnya. Ini sungguh bukan ajaran Islam, namun ajaran siapakah itu perlu dipertanyakan.
Raja
Jordania Abdullah II dalam debat umum sidang majelis umum PBB di markas besar
PBB, New York, senin (28/09/2015) mengatakan “Didalam masyarakat muslim global,
1,7 miliar lelaki dan perempuan, seperempat umat manusia. Gerombolan penjahat
hari ini tak lebih setetes air di samudra, tetapi tetesan racun dapat meracuni
juga”.
Manusia bukanlah malaikat yang selama
ditiupkannnya roh tidak pernah berbuat dosa, begitu juga dengan orang-orang
yang menganut ajaran Islam bukan tidak mungkin untuk tidak melakukan kesalahan
atau dosa. Walaupun Islam adalah agama yang sempurna, begitu yang tercantum
dalam Qur-an Surat Al-Maidah ayat 3 dan beberapa surat dan hadis Nabi Muhammad
SAW lainnya yang harus diikuti dan di imani oleh setiap pengikut Islam.
Mengenai pergerakan-pergerakan teroris yang banyak mencorengkan nama baik Islam
sebenarnya terjawab sudah dari Speak
Raja Yordania Abdullah II pada lain kesempatan di depan parlemen Eropa, yang
inti dari pidatonya tersebut adalah “ Saya muslim, agama saya adalah Islam,
Islam adalah agama yang sempurna, tetapi tidak dengan saya, jadi ketika saya
melakukan kesalahan maka jangan salahkan agama saya, tapih salahkanlah saya.
1.000 tahun yang lalu tentara muslim diminta untuk tidak membunuh wanita,
anak-anak, orang tua, pohon, bukan untuk menghancurkan gereja, synagog dan
tempat-tempat dimana orang-orang berdo’a kepada tuhan. Ini adalah Islam, jangan
biarkan siapapun memisahkan kita, bersama-sama kita dapat membuat fondasi
perdamaian”. Pidato ini mencengangkan parlemen eropa dan di akhiri dengan tepuk
tangan meriah dari setiap anggota parlemen yang ikut hadir pada hari itu. Saya
rasa inilah solusi dari setiap aksi-aksi teroris yang mencorengkan nilai Islam
dimata dunia internasional, tinggal bagaiman kita dan orang-orang non muslim
lainnya menyikapi permasalahan ini.
Mahasiswa Pendidikan Sejarah,
di Universitas Syiah Kuala.
myusrizallatief@gmail.com
myusrizallatief@gmail.com
Untuk Navigasi Lengkap Silahkan Kunjungi Peta Situs
Post a Comment