-->

Misi Pendistorsian Sejarah Islam oleh Barat

Misi Pendistorsian Sejarah Islam oleh Barat
(Oleh : M Yusrizal)





Era modern di abad ke-21 memang suatu momentum kebangkitan modernisasi yang luar biasa, bahkan merambah kedalam pelosok-pelosok daerah sekalipun. Tak kenal Negara apa atau wilayah apakah itu, walau realitanya masih juga terdapat beberapa ranah yang belum di sentuh yang namanya modernisasi. Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan kearah yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan bermasyarakat.

Ketika kesadaran tidak dimiliki
Umat Islam memang kadang tak pernah sadar atau bisa dikatakan tak pernah mau sadar tentang siapa aktor yang berperan dalam hal semua kemajuan-kemajuan dunia yang di rasakan begitu cepat ini. Fakta yang didapati di lapangan adalah orang-orang Kapitalislah yang menjadi sentral dari itu semua. Tak bisa dipungkiri ketika penemuan-penemuan teknologi baru didominasi oleh mereka-mereka yang menganut paham Kapitalis. Perlu di tanda tanyakan kemana generasi-generasi Islam sekarang yang harus menjadi pendongkrak kebangkitan peradaban, atau paling tidak sebagai aktor pembantu dalam hal itu semua.
Ketika mengggali sejarah-sejarah kemajuan Islam tempo dulu, yang dengan kasarnya bisa dikatakan telah di distorsi (pemutar balikkan fakta) oleh mereka-mereka oknum Kapitalis atau bahkan oleh kita sendiri sebagai umat Islam. Islam tempo dulu adalah Islam yang memiliki segudang agen perubahan, di buktikan dengan kemajuan pelayaran Jazirah Arab yang menjangkau Dunia Internsional, bahkan di sejarahkan  telah sampai ke wilayah Nusantara Indonesia. Namun fakta-fakta itu semua di selundupkan dengan rapi oleh mereka-mereka yang menginginkan kehancuran Islam. Fakta berkata di Indonesia, ketika sejarah yang di pelajari sangat minimnya pembahasan tentang hubungan perdagangan antara Nusantara dengan Jazirah Arab, yang jelas-jelas Nusantara tempo dulu melakukan perdangangan internasional perdananya dengan para-para pedagang Arab bukan dengan India ataupun Cina (bukan untuk mengatakan tidak pernah melakukan hubungan dagang dengan Cina dan India) yang di elu-elukan oleh paham-paham kapitalis yang dimasukkan di Indonesia seiring dengan kedatagan bangsa Kolonial Belanda di Indonesia (Banten 1595). Tujuaannya adalah untuk menghapus jejak pelayaran bangsa-bangsa Arab.
Beberapa penulis sejarah mengira bahwa masuknya Islam ke Indonesia itu pada abad ke-13 Masehi. Akan tetapi R.K.H. Abdullah bin Nuh meyakini bahwa datangnya Islam ke Asia Tenggara jauh lebih lama dari perkiraan tersebut. Menurut hubungan perdagangan atau perniagaan antara Indonesia dan sekitarnya dengan negeri Arab atau bangsa Arab, merupakan suatu jalinan hubungan sejarah yang telah terbentuk berabad-abad, jauh sebelum lahirnya Nabi Muhammad saw. Berabad-abad sebelum itu kota-kota di Yaman telah memiliki hubungan perdagangan luas dengan negeri-negeri lain. Sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu, bangsa Arab terus-menerus mengadakan hubungan perdagangan yang luas di luar negri. Bangsa Arab adalah wirausahawan perantara antara Eropa dengan Negara-negara Afrika, India, Asia Tenggara, dan Timur Jauh, yaitu Cina dan Jepang (Ahmad Mansur Suryanegara, API Sejarah, hlm.2). Ketika Belanda berhasil menguasai Indonesia mulailah bukti-bukti kejayaan perdagangan dan penyiaran Islam oleh bangsa-bangsa Arab mulai di gelapkan perlahan-lahan. Mendongengkan bahwa walisongo-walisongo di Pulau Jawa melakukan pertapaan untuk mencapai tingkat kesucian ilmunya. Mensejarahkan bahwa kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara adalah kerajaan-kerajaan kecil, tidak ada pengaruh besar yang dirasakan, padahal jelas-jelas kerajaan Aceh Darussalam ketika kejayaannya telah melakukan perdagangan dan hubungan diplomatik dengan bangsa-bangsa luar hingga memasuki ke kawasan Turki dan Eropa. Dan langkah selanjutnya yang dilakukan Belanda adalah dengan memasung kerajaan-kerajaan Islam dan kemudian dihilangkan sepenuhnya, baik itu kekuasaannya bahkan sejarahnya juga ikut di tenggelamkan.
Misi-misi yang di jalankan Belanda tersebut sangat mujarab, dibuktikan dengan banyaknya generasi-generasi Islam sekarang yang moralnya sudah kerdil (dikerdilkan). Kehilangan jati diri yang kontinyu sebagai agen perubahan dari ranah Islam ketimbang mereka kapitalis yang semakin haus akan kemajuan teknologi. Pendistorsian-pendistorsian sejarah Islam berhasil gemilang di lakukan kapitalis. Lantas apakah kebohongan-kebohongan itu tidak mau di luruskan, dikuak semua apa-apa yang telah tersembunyi dan terselubungi, atau lebih tepatnya di sembunyi dan di selubungi. Atau umat Islam harus berkapitulasi terhadap Barat ?

Pemahaman yang ditinggalkan dan diberikan Kapitalis
Target yang disusun oleh pemerintah kolonial Belanda adalah menghilangkannya kesadaran umat Islam dalam menguasai pasar. Dengan demikian melalui penulisan sejarah dan melalui orang bayarannya menuliskan Sejarah Indonesia yang telah didistorsikan. Banyak Ulama yang tidak menyadari bahwa penulisan sejarah dijadikan alat oleh penjajah untuk mengubah wawasan generasi Islam tentang masa lalu perjuangan bangsa dan negaranya. Bertolak dari pengalaman di Eropa, proses perubahan pelaku pasar, penganut Katolik tidak mau lagi menjadi wirausahawan. Hal ini terjadi karena Gereja melarang orangnya berada dipasar karena Tuhan lebih menyukai orang-orang yang di Gereja. Dampak ajaran yang demikian, pasar menjadi kosong dari orang Nasrani. Kemudian pelaku pasarnya diganti oleh orang Yahudi. Hal ini dapat dibaca dari keterangan Robert L. Heilbroner, dalam The Making of Ekonomic Society, dikutipan ajaran Gereja yang berbunyi, Homo merkator vix out numquam Deo Placere Potest – wirausahawan sangat langka dan sangat tidak disukai Tuhan. Dari ajaran yang demikian ini mengakibatkan pasar ditinggalkan. Dengan cara yang sama disebarkan ajaran Islam dengan muatan isi yang sama, melalui hadis yang dipalsukan bahwa Allah menyukai orang-orang di Mesjid daripada yang di pasar. Dampaknya secara perlahan-lahan, patahlah budaya niaga dan kesadaran upaya penguasaan pasar oleh kalangan muslim. (Ahmad Mansur Suryanegara. API Sejarah. Hlm.7. Racun yang pernah di cekoki terhadap orang-orang Nasrani oleh orang Yahudi sekarang telah di cekoki pula terhadap kaum-kaum Islam. Ketika Barat terpuruk dan tertinggal sebelum renaissance ketimbang dengan kemajuan Islam. Islam berhasil menemukan rute-rute pelayaran ke wilayah timur, Barat malah sedang mengalami krisis trade (dagang). Dan sebaliknya di era sekarang ini Islam lah yang tenggelam, dan bangkitnya Kapitalis dalam aktifitas pasar dunia.

Perlunya korelasi sesama Islam
Bagaimana untuk terlepas dari belenggu doktrin-doktrin barat terhadap Islam adalah suatu misi yang harus di pikirkan Islam mulai dari sekarang. Sadar akan ketertinggalan kemajuan Islam dalam segala bidang adalah PR penting yang harus di selesaikan apabila tidak ingin Islam terus jadi sida-sidanya Kapitalis. Dijadikannya Negara-negara Islam sebagai Negara yang konsumtif adalah jalan menjalankan misi ketergantungan terhadap Barat, sehingga apapun yang didoktrin Barat terhadap Islam tetap harus di telan sebagai menu pahit. Pranata dan persatuan dari berbagai lini-lini Islam untuk mencapai kejayaan Islam seperti tempo dulu adalah misi yang harus dijalankan secepatnya. Tidak adanya terdengar pertentangan antara Sunni dengan Syiah, Muhammadiyah dan lain sebagainya adalah tonggak awal untuk membangun korelasi sesama umat Islam yang telah renggang diera dewasa ini. Mengesampingkan perbedaan pendapat dari satu golongan yang dapat menyulutkan perpecahan kesatuan Umat Islam di seluruh dunia. Ini semua bertujuan melakonkan Islam kembali sebagai agen perubahan, sebagai aktor penting dalam dunia teknologi kemoderenan, mencetak ilmuan-ilmuan handal yang dapat memberikan konstribusi kepada terciptanya kemaslahatan umat yang akan menjadi sebuah Paradise peradaban Islam dimasa yang akan datang.


Mahasiswa Pendidikan Sejarah semester 2,
di Universitas Syiah Kuala.
myusrizallatief@gmail.com 

Untuk Navigasi Lengkap Silahkan Kunjungi Peta Situs



Baca Juga:

Langganan Via Email

Post a Comment

Copyright © | by: Me