Misi Pendistorsian Sejarah Islam oleh Barat
(Oleh : M Yusrizal)
Ketika kesadaran
tidak dimiliki
Umat
Islam memang kadang tak pernah sadar atau bisa dikatakan tak pernah mau sadar
tentang siapa aktor yang berperan dalam hal semua kemajuan-kemajuan dunia yang
di rasakan begitu cepat ini. Fakta yang didapati di lapangan adalah orang-orang
Kapitalislah yang menjadi sentral dari itu semua. Tak bisa dipungkiri ketika
penemuan-penemuan teknologi baru didominasi oleh mereka-mereka yang menganut
paham Kapitalis. Perlu di tanda tanyakan kemana generasi-generasi Islam
sekarang yang harus menjadi pendongkrak kebangkitan peradaban, atau paling tidak
sebagai aktor pembantu dalam hal itu semua.
Ketika
mengggali sejarah-sejarah kemajuan Islam tempo dulu, yang dengan kasarnya bisa
dikatakan telah di distorsi (pemutar
balikkan fakta) oleh mereka-mereka oknum Kapitalis atau bahkan oleh kita
sendiri sebagai umat Islam. Islam tempo dulu adalah Islam yang memiliki
segudang agen perubahan, di buktikan dengan kemajuan pelayaran Jazirah Arab
yang menjangkau Dunia Internsional, bahkan di sejarahkan telah sampai ke wilayah Nusantara Indonesia. Namun
fakta-fakta itu semua di selundupkan dengan rapi oleh mereka-mereka yang
menginginkan kehancuran Islam. Fakta berkata di Indonesia, ketika sejarah yang
di pelajari sangat minimnya pembahasan tentang hubungan perdagangan antara
Nusantara dengan Jazirah Arab, yang jelas-jelas Nusantara tempo dulu melakukan
perdangangan internasional perdananya dengan para-para pedagang Arab bukan
dengan India ataupun Cina (bukan untuk mengatakan tidak pernah melakukan
hubungan dagang dengan Cina dan India) yang di elu-elukan oleh paham-paham
kapitalis yang dimasukkan di Indonesia seiring dengan kedatagan bangsa Kolonial
Belanda di Indonesia (Banten 1595). Tujuaannya adalah untuk menghapus jejak
pelayaran bangsa-bangsa Arab.
Beberapa
penulis sejarah mengira bahwa masuknya Islam ke Indonesia itu pada abad ke-13
Masehi. Akan tetapi R.K.H. Abdullah bin Nuh meyakini bahwa datangnya Islam ke
Asia Tenggara jauh lebih lama dari perkiraan tersebut. Menurut hubungan
perdagangan atau perniagaan antara Indonesia dan sekitarnya dengan negeri Arab
atau bangsa Arab, merupakan suatu jalinan hubungan sejarah yang telah terbentuk
berabad-abad, jauh sebelum lahirnya Nabi Muhammad saw. Berabad-abad sebelum itu
kota-kota di Yaman telah memiliki hubungan perdagangan luas dengan
negeri-negeri lain. Sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu, bangsa Arab
terus-menerus mengadakan hubungan perdagangan yang luas di luar negri. Bangsa
Arab adalah wirausahawan perantara antara Eropa dengan Negara-negara Afrika,
India, Asia Tenggara, dan Timur Jauh, yaitu Cina dan Jepang (Ahmad Mansur
Suryanegara, API Sejarah, hlm.2). Ketika
Belanda berhasil menguasai Indonesia mulailah bukti-bukti kejayaan perdagangan
dan penyiaran Islam oleh bangsa-bangsa Arab mulai di gelapkan perlahan-lahan. Mendongengkan
bahwa walisongo-walisongo di Pulau Jawa melakukan pertapaan untuk mencapai
tingkat kesucian ilmunya. Mensejarahkan bahwa kerajaan-kerajaan Islam di
Nusantara adalah kerajaan-kerajaan kecil, tidak ada pengaruh besar yang
dirasakan, padahal jelas-jelas kerajaan Aceh Darussalam ketika kejayaannya
telah melakukan perdagangan dan hubungan diplomatik dengan bangsa-bangsa luar
hingga memasuki ke kawasan Turki dan Eropa. Dan langkah selanjutnya yang
dilakukan Belanda adalah dengan memasung kerajaan-kerajaan Islam dan kemudian dihilangkan
sepenuhnya, baik itu kekuasaannya bahkan sejarahnya juga ikut di tenggelamkan.
Misi-misi
yang di jalankan Belanda tersebut sangat mujarab, dibuktikan dengan banyaknya
generasi-generasi Islam sekarang yang moralnya sudah kerdil (dikerdilkan). Kehilangan
jati diri yang kontinyu sebagai agen perubahan dari ranah Islam ketimbang
mereka kapitalis yang semakin haus akan kemajuan teknologi. Pendistorsian-pendistorsian
sejarah Islam berhasil gemilang di lakukan kapitalis. Lantas apakah
kebohongan-kebohongan itu tidak mau di luruskan, dikuak semua apa-apa yang
telah tersembunyi dan terselubungi, atau lebih tepatnya di sembunyi dan di
selubungi. Atau umat Islam harus berkapitulasi terhadap Barat ?
Pemahaman yang
ditinggalkan dan diberikan Kapitalis
Target
yang disusun oleh pemerintah kolonial Belanda adalah menghilangkannya kesadaran
umat Islam dalam menguasai pasar. Dengan demikian melalui penulisan sejarah dan
melalui orang bayarannya menuliskan Sejarah Indonesia yang telah didistorsikan.
Banyak Ulama yang tidak menyadari bahwa penulisan sejarah dijadikan alat oleh
penjajah untuk mengubah wawasan generasi Islam tentang masa lalu perjuangan
bangsa dan negaranya. Bertolak dari pengalaman di Eropa, proses perubahan
pelaku pasar, penganut Katolik tidak mau lagi menjadi wirausahawan. Hal ini
terjadi karena Gereja melarang orangnya berada dipasar karena Tuhan lebih
menyukai orang-orang yang di Gereja. Dampak ajaran yang demikian, pasar menjadi
kosong dari orang Nasrani. Kemudian pelaku pasarnya diganti oleh orang Yahudi.
Hal ini dapat dibaca dari keterangan Robert L. Heilbroner, dalam The Making of Ekonomic Society,
dikutipan ajaran Gereja yang berbunyi, Homo
merkator vix out numquam Deo Placere Potest – wirausahawan sangat langka
dan sangat tidak disukai Tuhan. Dari ajaran yang demikian ini mengakibatkan
pasar ditinggalkan. Dengan cara yang sama disebarkan ajaran Islam dengan muatan
isi yang sama, melalui hadis yang dipalsukan bahwa Allah menyukai orang-orang
di Mesjid daripada yang di pasar. Dampaknya secara perlahan-lahan, patahlah
budaya niaga dan kesadaran upaya penguasaan pasar oleh kalangan muslim. (Ahmad
Mansur Suryanegara. API Sejarah.
Hlm.7). Racun yang pernah di cekoki
terhadap orang-orang Nasrani oleh orang Yahudi sekarang telah di cekoki pula
terhadap kaum-kaum Islam. Ketika Barat terpuruk dan tertinggal sebelum renaissance
ketimbang dengan kemajuan Islam. Islam berhasil menemukan rute-rute
pelayaran ke wilayah timur, Barat malah sedang mengalami krisis trade (dagang). Dan sebaliknya di era
sekarang ini Islam lah yang tenggelam, dan bangkitnya Kapitalis dalam aktifitas
pasar dunia.
Perlunya
korelasi sesama Islam
Bagaimana
untuk terlepas dari belenggu doktrin-doktrin barat terhadap Islam adalah suatu
misi yang harus di pikirkan Islam mulai dari sekarang. Sadar akan
ketertinggalan kemajuan Islam dalam segala bidang adalah PR penting yang harus
di selesaikan apabila tidak ingin Islam terus jadi sida-sidanya Kapitalis.
Dijadikannya Negara-negara Islam sebagai Negara yang konsumtif adalah jalan
menjalankan misi ketergantungan terhadap Barat, sehingga apapun yang didoktrin
Barat terhadap Islam tetap harus di telan sebagai menu pahit. Pranata dan persatuan
dari berbagai lini-lini Islam untuk mencapai kejayaan Islam seperti tempo dulu
adalah misi yang harus dijalankan secepatnya. Tidak adanya terdengar
pertentangan antara Sunni dengan Syiah, Muhammadiyah dan lain sebagainya adalah
tonggak awal untuk membangun korelasi sesama umat Islam yang telah renggang
diera dewasa ini. Mengesampingkan perbedaan pendapat dari satu golongan yang
dapat menyulutkan perpecahan kesatuan Umat Islam di seluruh dunia. Ini semua
bertujuan melakonkan Islam kembali sebagai agen perubahan, sebagai aktor
penting dalam dunia teknologi kemoderenan, mencetak ilmuan-ilmuan handal yang
dapat memberikan konstribusi kepada terciptanya kemaslahatan umat yang akan
menjadi sebuah Paradise peradaban
Islam dimasa yang akan datang.
Mahasiswa Pendidikan Sejarah semester 2,
di Universitas Syiah Kuala.
myusrizallatief@gmail.com
Untuk Navigasi Lengkap Silahkan Kunjungi Peta Situs
Post a Comment