Pojok Kota 2
"Siapa yang telah kurang ajar mencumbu bibirku," gumamku keheranan di depan cermin. Bibir terasa perih, bercak darah kering begitu jelas terlihat. Kujulurkan lidah untuk menjilat, ingin kupertegas apakah ini memang luka. Iya, perihnya menusuk sampai harus mengerut dahi dan mensipitkan mata.
Sungguh sekasar itukah engkau meliarkan berahimu hingga menyisakan luka. Kembali kukucek mata yang barusan terjaga. Tidak mungkin ini akibat konflik bibir, aku memaksa berpikir. Aku hanya bertiga malam tadi; aku, bantal, dan guling, dan yang bernyawa hanya satu, aku. Lantas kenapa bibir aku berdarah.
Haaashiiim...lalu diikuti bercak-bercak ingus yang berhamburan pada cermin. Ya, aku sedang pilek, dan bibirku ikut pecah lantaran panasnya suhu badan tadi malam, bukan karena cumbuan.
Untuk Navigasi Lengkap Silahkan Kunjungi Peta Situs
Post a Comment