-->

Tahun Ketiga




Tahun Ketiga

Dalam perang ini, aku sudah berjanji untuk tidak melibatkanmu lagi. Begitu seru hati kecilku.

Engkau pernah menanyakan kabarku tempo hari, kujawab saja aku sudah berangsur-angsur pulih. Pandanganku kosong menatap deburan ombak. Engkau malah mencoba menatap wajahku, seakan ragu jika aku baik-baik saja. Sambil memamerkan senyum setengah inci, berulangkali aku meyakinkan mu, bahwa aku tidak sedang berduka. Langkahku terus mengimbangi langkahmu di atas pasir pantai separuh basah. Engkau membuka kacamata, menyuruhku menatap matamu yang kemerahan dimasuki pasir yang diterbangkan angin sesuka hati. Aku menuruti, tidak lama, pandanganku harus segera kutepis, melihat matamu sama dengan mengabarkanmu jika aku sedang berduka.

Mata hari separuh ditelan laut. Angin juga sudah mulai berhenti mengibas-ngibas jilbabmu. Dari kejauhan azan sayup-sayup berkumandang. Kuajak engkau pulang, sebab jika lama pun bersamamu, aku sudah tidak bisa berbicara. Mulutku seakan kaku, bebal menafsirkan kalimat-kalimat yang dikandung hati untuk kemudian kutumpah di hadapmu. Kutegaskan lagi; aku sudah tidak bisa berbicara. Yakinku, Tuhan akan selalu mendengar setiap apa yang disirat hati, apa-apa yang tidak bisa disurah lidah. Aku pulang buru-buru, kita berpisah di persimpangan jalan. Dan engkau akan kuadukan pada Tuhanku.

Banda Aceh, 25.03.2020
M. Yusrizal Latief

Untuk Navigasi Lengkap Silahkan Kunjungi Peta Situs



Baca Juga:

Langganan Via Email

Post a Comment

Copyright © | by: Me